Pages

Minggu, 30 April 2017

Sustainable Manufacturing W12: Green and Lean Manufacturing

Setelah minggu lalu tidak ada perkuliahan karena studi ekskursi, minggu ini kami kedatangan Bu Ninik dari Universitas Diponogoro. Beliau sedang melakukan penelitiannya tentang konsep Green and Lean Manufacturing untuk meraih gelar doktor dari ITS. Hingga saat ini, industri manufaktur sejatinya telah berevolusi, dari traditional manufacturing, lean manufacturing, green manufacturing, hingga sustainable manufacturing. Lean manufacturing adalah saat perusahaan fokus pada efisiensi, yakni bagaimana menggunakan energi dan cost seminimal mungkin untuk melakuakn proses bisnisnya. Green manufacturing menuntut perusahaan untuk berorientasi agar proses bisnisnya tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, sedangkan perusahaan yang sudah menerapkan sustainable manufacturing akan selalu memperhatikan Triple Bottom Line (profit-people-planet).

Karena fokus pada penerapan lean dan green manufacturing, Bu Ninik menjelaskan bagaimana kedua konsep ini sebenarnya berkaitan. Dalam lean manufacturing, hal yang menjadi driver dalam proses bisnis perusahaan adalah konsumen karena konsumen pasti menginginkan produk dengan harga serendah-rendahnya namun dengan kualitas sebaik-baiknya. Sehingga, perusahaan harus memutar otak bagaimana membuat proses produksinya lebih efisien dengan tak henti melakukan continuous improvement. Beberapa caranya adalah dengan menerapkan 5S (5R - Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), Poka Yoke, Kanban, Just in Time, dan cellular manufacturing. 

Sedangkan pada konsep green manufacturing, tujuan utamanya adalah bagaimana agar limbah perusahaan dapat diminalisir sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko bahaya terhadap manusia dan lingkungan. Namun, menurut Bu Ninik, alah satu tantangan terbesar dalam penerapan green manufacturing adalah kesadaran masyarakat yang masih kurang tentang pentingnya para perusahaan menerapkan konsep ini. Alhasil, hanya sedikit masyarakat yang memperitmbangkan apakah sebuah perusahaan menerapkan green manufacturing atau tidak saat membeli produknya.


Sejatinya, konsep lean dan green manufacturing memiliki persamaan, yakni untuk mengurangi waste sebanyak mungkin namun tetap memiliki service level tinggi. Bedanya ialah bagaimana kedua konsep tersebut mendefinisikan waste, menetapkan key performance indicator, dan menganalisis prosesnya. Lean manufacturing menggunakan Value Stream Mapping (VSM), yakni teknik untuk melihat aliran material dan informasi dalam proses bisnis agar bisa mendeteksi titik pemborosan dalam proses tersebut. Sedangkan green manufacturing menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan selama siklus hidup produk.

Sabtu, 15 April 2017

Sustainable Manufacturing W10: Green Industry and Elevator Pitch

Pada pertemuan minggu ini, Bu Maria ingin menjelaskan kepada kami tentang green industry namun dengan cara yang berbeda. Jauh sebelum pertemuan ini dimulai, kami diminta untuk membaca buku "Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau" dari Kementrian Perindustria Indonesia. Buku tersebut berisi ulasan tentang penghargaan green industry, termasuk indikator dan standar penilaian untuk mendapatkan penghargaan tersebut.

Setelah memahami isinya, kami melakukan roleplay. Kami harus menjadi salesman yang menawarkan jasa konsultan untuk menerapkan green industry di perusahaannya. Jadi, kami harus benar-benar bisa menjelaskan apa itu green industry kepada orang lain, apa untungnya, dan bagaimana penilaiannya.

Penghargaan green industry adalah bentuk motivasi dari pemerintah kepada perusahaan di Indonesia agar mereka mau menerapkan prinsip green industry dalam seluruh proses produksinya. Untuk memperolehnya, terdapat beberapa indikator yang harus diperhatikan, termasuk tingkat efisiensi proses produksi, defect dan waste yang dihasilkan dari proses produksi, hingga manajemen energi dan limbah produksi. Selain itu, penghargaan ini turut menjadikan Corporate Social Responsibility (CSR) dan manajeman sumber daya manusia seperti pelatihan dan medical check up pekerja sebagai aspek penilaian. Pada intinya, jika sebuah perusahaan sudah dilabeli dengan green industry, itu artinya perusahaan tersebut memang benar-benar ramah lingkungan dan terbukti mendukung sustainability dari berbagai aspek. Penghargaan industri hijau ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan agar konsumen memilih produknya, apalagi jika melihat trend masyarakat saat ini yang sudah mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Setelah saya sedikit browsing, sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang telah menerima penghargaan ini, salah satunya PT. Semen Indonesia dan Frisian Flag Indonesia.

Oh iya, dalam roleplay menjadi salesman kali ini, Bu Maria menginginkan agar kami melakukannya dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menggunakan elevator pitch! Jadi, kami dituntut untuk bisa menyampaikan dan menjual tentang green industry hanya dalam waktu tiga menit. Kami harus membayangkan bagaimana jika kami bertemu bos perusahaan besar dalam sebuah elevator dan kami harus membuatnya tertarik dengan green industry sebelum pintu elevatornya terbuka. Wow. Wow. Wow. Semakin saya yakin bahwa teknik ini pasti akan sangat berguna bagi kita nanti, semakin saya merasa bahwa melakukan elevator pitch tak semudah yang dibayangkan:( Beberapa teman saya sempat mencoba maju ke depan kelas untuk mempraktikkan, tapi beberapa dari mereka berakhir gugup di depan kelas dan akhirnya tidak dapat benar-benar "menjual" ide tentang green industry kepada bos perusahaan. Saya tertarik sekali untuk mencobanya, tapi mungkin tidak minggu ini. Saya harus mencari tau lebih lanjut tentang teknik-teknik melakukan ini. Salah satunya, dengan menonton video di bawah ini :) 6 Elevator Pitches for the 21st Century

Senin, 03 April 2017

Sustainable Manufacturing W8: Solid Waste & Mass Customization

Pada pertemuan terakhir sebelum UTS ini, kami membahas tentang tugas akhir salah satu alumni yakni tentang penyapu jalan di Surabaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh temuan Walikota Surabaya, Bu Risma, yang merasa jalan di Surabaya masih banyak yang kotor. Untuk itu, beliau ingin mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengatasi hal ini, termasuk penggunaa mesin penyapu jalan (Road Sweeper). Penggunaan alat ini dapat menggantikan kerja manusia yang selama ini menyapu jalan setelah dilakukan penghitungan jumlah penyapu optimal di Surabaya. Namun, beberapa hal yang menjadi kerugian penggunaan Road Sweeper adalah meningkatnya jumlah pengangguran serta kemampuan alat yang tidak dapat menjangkau bagian-bagian tertentu di jalan.

Dalam kelas kali ini, dibahas pula mengenai mass customization yang menjadi salah satu topik pada kuliah tamu yang diselenggarakan pada minggu sebelumnya. Kuliah tamu yang diisi oleh Pak Chu dari Malaysia tersebut memberikan kami pengetahuan bahwa mass customization dapat menjadi salah satu solusi bagi perusahaan yang ingin memenuhi keinginan pelanggannya namun tetap dengan low production cost.
Mass customization pada mobil Mini Cooper
Sistem mass customizaation meungkinkan pelanggan untuk memilih dan menyusun sendiri fitur-fitur apa yang mereka inginkan dalam sebuah produk dengan menggunakan biaya layaknya produksi masal. Mass customization telah menjadi tren tersendiri karena dapat memenuhi permintaan pelanggan secara tepat sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih banyak. Selain itu, tingkat kepuasan pelanggan juga akan meningkat significantly. Beberapa jenis produk dari beberapa perusahaan telah menetapkan sistem ini, seperti sepatu Nike dan mobil Mini Cooper dimana konsumen dapat langsung memilih warna dan model yang diinginkan.