Pages

Minggu, 26 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W3: Visi Misi Kota Surabaya, SDG, dan Green Building


Jadi..... pada minggu ini saya kembali tidak masuk kuliah Sustainable Manufacturing karena harus mengikuti acara Leadership Development di Jogjakarta. Saya pun akhirnya hanya mengumpulkan tugas yang seharusnya dikumpulkan minggu itu dan bertanya lagi ke teman tentang apa yang diajarkan Bu Maria di kelas.

Ternyata, Bu Maria menindaklanjuti tugas kami pada minggu sebelumnya, yakni membuat causal loops masalah lingkungan dan dihubungkan dengan SDG yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan causal loop terebut, kami juga harus menjelaskan mengapa "itu" berhubungan dengan "ini". Hal ini menurut saya cukup sulit karena kita harus berfikir beyond, tidak hanya melihat di permukaan saja, tapi harus menganalisis penyebab dan akibat masalahnya sehingga dapat dicari hubungannya dengan yang lain.

Karena SDG merupakan tujuan yang harus dicapai, mengetahui hubungan SDG dengan masalah lingkungan dapat membantu kita mengetahui masalah apa yang harus kita selesaikan untuk mencapai salah satu kotak dalam SDG. Menurut teman saya, Bu Maria juga menjelaskan bahwa SDG dibutuhkan karena ada masalah kritis yang harus diselesaikan dan merupakan masalah dinamis yang dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, SDG juga merupakan bentuk komitmen bersama untuk menyelesaikan masalah dunia dan ada target minimal yang haru dipenuhi.

Bu Maria juga menjelakan tentang visi dan misi Surabaya serta bagaimana visi dan misi tersebut berhubungan dalam mencapai SDG. Teman-teman saya di kelas juga melakukan analisis bagaimana usaha pemerintah Surabaya untuk mencapai SDG jika dihubungkan dengan visi dan misinya.

Kelas hari itu juga membahas tentang green building dan Green Building Council Indonesia (GBCI) yang mengatur spesifikasi bagaimana sebuah bangunan dapat dikatakan sebagai green building. Setidaknya terdapat enam kategori dalam penilaian ini, yaitu:
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD),
2. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and Conservation/EEC),
3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC),
4. Siklus dan Sumber Material (Material Resources and Cycle/MRC),
5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/IHC),
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management/BEM).

Setelah sedikit melakukan browsing, pada 2015, hanya ada 14 gedung di Jakarta yang tersertifikasi green building. Menurut saya, untuk ukuran kota besar dengan banyak gedung perkantoran menjulan tinggi, jumlah tersebut sangat tidak sebanding:( Padahal, gedung ramah lingkungan sangat keren lho! Tentunya juga akan membuat orang-orang di dalamnya nyaman.

Penampakan Gedung Sampoerna Strategic Square dari Luar
Saat siang, penggunaan lampu akan sangat minim karena gedung didesain agar banyak cahaya dapat masuk

Lihat, di dalam gedungnya saja asri sekali dengan tanaman dan kolam ikan. Bikin betah, ya! (maaf saya narsis ^^v)
Kebetulan saya pernah berkunjung ke gedung Sampoerna Strategic Square (SSS) yang sejak September 2012 ternyata telah berhasil meraih sertifikat Greenship Existing Building dengan pencapaian Gold. Pantas saja, saat saya berkunjung kesana, saya tidak hanya disuguhi dengan bangunan indah yang desainnya sangat mengagumkan. Namun, salah satu hal yang paling terasa adalah minimnya penggunaan lampu karena gedung ini memungkinkan cahaya masuk sebanyak-banyaknya melalui jendela-jendela kaca besar. Menurut sebuah sumber, gedung ini ternyata juga melakukan banyak perbaikan pada water treatment dimana hasil daur ulangnya akan digunakan untuk menyiram taman dan cooling tower. Ada pula sistem manajemen sampah yang baik. Bahkan SSS juga memiliki tim khusus untuk menjamin bahwa sistem ramah lingkungan ini tetap berjalan dengan baik. Wow, keren! Semoga semakin banyak gedung semacam ini ya di Indonesia! ^^

Senin, 20 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W2: Causal Loops of Environmental Problem

Pada perkuliahan minggu kedua ini, kelas kami kedatangan tamu spesial. Beberapa mahasiswa dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Gresik, Medan, dan beberapa daerah lain. Mereka datang ke ITS untuk melaksanakan national camp, salah satu acara dari International Office ITS yang mengundang beberapa mahasiswa dari berbagai universitas untuk belajar tentang internasionalisasi di ITS untuk diterapkan di universitasnya masing-masing nanti.

Dalam kelas ini, saya dipasangkan dengan Rina, seorang mahasiswa dari Medan. Uniknya, kalau tidak salah Rina berasal dari jurusan perbankan atau apa ya.....pokoknya jurusan yang berbau keuangan dan "terlihat" tidak berhubungan sama sekali dengan Sustainable Manufacturing. Pada kuliah ini, saya dan Rina ditugaskan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan, bersamaan dengan penyebab dan akibatnya. Kami mengidentifikasi sembilan masalah lingkungan beserta penyebab dan akibatnya, yakni banjir, eutrofikasi, perubahan iklim, polusi udara, ozone layer depletion, degradasi fertilitas tanah, polusi air, polus tanah, dan pemanasan global.

Dalam satu kelas terdapat banyak grup, sehingga kami bisa berdiskusi tentang semua masalah lingkungan yang diidentifikasi oleh masing-masing grup. Setelah itu, kami mendapat tugas untuk menghubungkan semua hasil identifikasi kami dalam sebuah causal loop, untuk menggambarkan interaksi antar masalah lingkungan. Dari kegiatan itu, kami akhirnya sadar bahwa semua masalah lingkungan saling berhubungan. Bahkan, satu masalah lingkungan bisa menyebabkan masalah lingkungan yang lain. Namun, karena waktu yang tidak cukup, kami belum sampai pada kesimpulan masalah apa yang paling critical dan harus diselesaikan sesegera mungkin.

Oh iya, dalam kuliah hari itu, Bu Maria juga memutarkan film The 11th Hour, sebuah film karya Leonardo di Caprio. Film itu menunjukkan bahwa ibarat akhir zaman itu pada jam 12, maka sekarang sudah jam 11. Lionardo ingin menunjukkan bahwa karena berbagai masalah lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi, dunia ini tinggal menunggu waktu agar benar-benar rusak dan tak bisa lagi ditinggali. Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar tentang hal ini. Kita masih berusaha hidup nyaman tanpa mempedulikan nasib anak cucu kita yang mungkin saja tidak bisa hidup di dunia lagi karena ulah kita. Kita tak sadar bahwa ini adalah masalah besar. Kita bahkan naif untuk mengakuinya. Hal ini benar-benar membuka mata saya akan banyak masalah lingkungan yang terjadi belakangan ini.

Bagaimana bisa selama ini kita masih boros energi?
Bagaimana bisa kita hanya diam melihat es di kutub utara mencair perlahan karena global warming?
Bagaimana bisa kita tak mulai memikirkan solusi?
Ya, tentu saja bisa.
Karena bagaimana kita bisa membuat solusi atas sebuah masalah jika kita saja tak sadar bahwa hal tersebut adalah sebuah masalah?

Senin, 13 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W1: Sustainable Development

Pada minggu pertama ini,  kuliah Sustainable Manufacturing yang seharusnya dijadwalkan pada hari Rabu, diselenggarakan pada hari Jumat karena sesuatu hal. Pada hari Rabu, saya terlambat mengetahui infonya sehingga saya datang ke kampus. Eh pada hari Jumat, saya justru bangun kesiangan dan karena sudah terlambat, saya tidak masuk kelas:( sangat menyesal rasanya. Karena tidak mau ketinggalan materi, saya pun akhirnya bertanya pada teman-teman tentang materi hari itu.

Pada minggu pertama kuliah Sustainable Manufacturing, Bu Maria membahas mengenai isu sustainability, khususnya Sustainable Development (SD). Topik ini ternyata belum banyak orang mengetahui dan menyadari bahwa isu ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita.

Earth Charter (2000) mendefinisikan sustainability dalam konteks global sebagai “founded on respect for nature, universal human rights, economic justice, and a culture of peace.” Sedangkan di sisi lain, SD diartikan sebagai usaha memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi hak generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga.  

Melihat definisi tersebut, saya jadi berfikir. Sadarkah kita bahwa banyak kebiasaan sehari-hari yang sangat tidak memenuhi prinsip SD ini? Sebagai contohnya ialah penggunaan energi yang berlebihan, kebiasaan membuang-buang makanan dan air, serta perilaku tidak ramah lingkungan dan pemborosan yang lain. Bu Maria juga menjelaskan tentang Sustainable Development Goal (SDG) yang digagas oleh United Nation (UN). SDG berisi 17 tujuan yang ditetapkan oleh UN sebagai agenda pembangunan dunia.



Teman saya juga memberitahu bahwa kita ditugaskan untuk membuat presentasi tentang salah satu kotak dalam SDG. Saya kemudian memutuskan untuk mengangkat tentang Zero Hunger, karena saya memang sangat prihatin dengan kondisi sekitar saya yang sangat tidak mendukung tujuan ini. Di kalangan teman-teman saya, saya dikenal sebagai orang yang sangat galak jika ada teman yang menyisakan makanan. Karena menurut saya, hal itu tidak etis di saat masih ada jutaan orang yang kelaparan. Ini kebiasaan yang saya dapatkan semasa saya tinggal di asrama saat SMA. Saya ingat betul, di ruang makan asrama, bersebaran tulisan “Take all you want, eat all you take.”, mengingatkan kami untuk tidak menyisakan makanan yang sudah kami ambil.

Hmm.... jadi keterusan ya ceritanya hehe. Kalau begitu saya akhiri saja personal jurnal kuliah Sustainable Manufacturing ku minggu ini. I am soooo excited to learn more in this course! :D


Resource: