Pada perkuliahan minggu kedua ini, kelas kami kedatangan tamu spesial. Beberapa mahasiswa dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Gresik, Medan, dan beberapa daerah lain. Mereka datang ke ITS untuk melaksanakan national camp, salah satu acara dari International Office ITS yang mengundang beberapa mahasiswa dari berbagai universitas untuk belajar tentang internasionalisasi di ITS untuk diterapkan di universitasnya masing-masing nanti.
Dalam kelas ini, saya dipasangkan dengan Rina, seorang mahasiswa dari Medan. Uniknya, kalau tidak salah Rina berasal dari jurusan perbankan atau apa ya.....pokoknya jurusan yang berbau keuangan dan "terlihat" tidak berhubungan sama sekali dengan Sustainable Manufacturing. Pada kuliah ini, saya dan Rina ditugaskan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan, bersamaan dengan penyebab dan akibatnya. Kami mengidentifikasi sembilan masalah lingkungan beserta penyebab dan akibatnya, yakni banjir, eutrofikasi, perubahan iklim, polusi udara, ozone layer depletion, degradasi fertilitas tanah, polusi air, polus tanah, dan pemanasan global.
Dalam satu kelas terdapat banyak grup, sehingga kami bisa berdiskusi tentang semua masalah lingkungan yang diidentifikasi oleh masing-masing grup. Setelah itu, kami mendapat tugas untuk menghubungkan semua hasil identifikasi kami dalam sebuah causal loop, untuk menggambarkan interaksi antar masalah lingkungan. Dari kegiatan itu, kami akhirnya sadar bahwa semua masalah lingkungan saling berhubungan. Bahkan, satu masalah lingkungan bisa menyebabkan masalah lingkungan yang lain. Namun, karena waktu yang tidak cukup, kami belum sampai pada kesimpulan masalah apa yang paling critical dan harus diselesaikan sesegera mungkin.
Oh iya, dalam kuliah hari itu, Bu Maria juga memutarkan film The 11th Hour, sebuah film karya Leonardo di Caprio. Film itu menunjukkan bahwa ibarat akhir zaman itu pada jam 12, maka sekarang sudah jam 11. Lionardo ingin menunjukkan bahwa karena berbagai masalah lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi, dunia ini tinggal menunggu waktu agar benar-benar rusak dan tak bisa lagi ditinggali. Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar tentang hal ini. Kita masih berusaha hidup nyaman tanpa mempedulikan nasib anak cucu kita yang mungkin saja tidak bisa hidup di dunia lagi karena ulah kita. Kita tak sadar bahwa ini adalah masalah besar. Kita bahkan naif untuk mengakuinya. Hal ini benar-benar membuka mata saya akan banyak masalah lingkungan yang terjadi belakangan ini.
Bagaimana bisa selama ini kita masih boros energi?
Bagaimana bisa kita hanya diam melihat es di kutub utara mencair perlahan karena global warming?
Bagaimana bisa kita tak mulai memikirkan solusi?
Ya, tentu saja bisa.
Karena bagaimana kita bisa membuat solusi atas sebuah masalah jika kita saja tak sadar bahwa hal tersebut adalah sebuah masalah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar