Pages

Senin, 27 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W7: Solid Waste

Sebelum menginjak topik utama mengenai solid waste, Bu Maria terlebih dahulu membahas tentang tugas akhir salah satu teman kami, yakni Mas Bagus. Dalam tugas akhirnya, mas Bagus meneliti tentang kran air siap minum (KASM), termasuk bagaimana penggunaannya di kalangan masyarakat. Untuk itu, mas Bagus dan Bu Maria terlebih dahulu memberikan mahasiswa di kelas beberapa pertanyaan, seperti:

Apakah pernah menggunakan KASM?
Apa kesegaran air KASM sama dengan air minum biasa?
Jika tidak pernah menggunakan KASM, mengapa?
Setelah mengetahui tentang kualitas air KASM, apakah masih ingin minum?
...dan beberapa pertanyaan lain yang tidak dapat saya ingat hehe ^^"

Saya termasuk orang yang tidak pernah menggunakan KASM karena saya masih ragu dengan kualitanya dan saya risih jika harus meminum air tersebut langsung dari krannya. Apalagi bentuk KASM yang ada di ITS cukup susah untuk digunakan minum langsung tanpa menggunakan botol/gelas. Setelah beberapa pertanyaan singkat dan penjelasan dari mas Bagus, saya masih belum mau meminumnya karena alasan kedua. Kalau masalah kualitas, okelah karena saya sekarang udah cukup yakin dengan kualitasnya. Saya juga merasa bahwa diperlukan sosialisasi lebih kepada masyarakat tentang penggunaan KASM ini, termasuk indikator air boleh diminum, kualitasnya, dan lain-lain. Ini agar KASM yang telah disediakan gratis oleh PDAM benar-benar bermanfaat.

Setelah sekilas membahas tentang tugas akhir Mas Bagus, Bu Maria mulai masuk ke topik utama yakni solid waste. Topik bahasan kali ini ialah tugas akhir mbak Rahmasari tentang sistem konversi unit dalam sistem pembayaran pengangkutan sampah yang sebelumnya dalam satuan unit menjadi satuan volume. Bu Maria juga mengajak kami menyusun beberapa hipotesis tentang faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah per orangan per hari. Saya jadi ikut menebak-nebak apa saja yang mempengaruhi banyaknya sampah seseorang. Apakah faktor usia? Gender? Atau justru berat badan? Hehe

Oh iya, setelah kelas usai, saya dan teman-teman diminta untuk mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di daerah kami dan berfoto di antara gunungan sampah. Wah, sudah mulai terbayang bagaimana baunya:(

Berfoto di depan TPS di kawasan Gebang Putih
Benar saja. Saya mengunjungi sebuah TPS di kawasan Gebang Putih. Hanya berjarak beberapa meter saja, bau tidak sedapnya mulai tercium. Saat masuk, baunya semakin menjadi. Saya tidak suka baunya. Tapi, kalau dipikir-pikir, beberapa kilogram dari sampah disana juga merupakan sampahku. Kita terkadang tidak berfikir panjang saat menggunakan sesuatu. Beli nasi bungkus dibungkus kertas, beli air minum dalam kemasan, hingga menyisakan makanan adalah beberapa contoh kebiaaan kita yang seharusnya diperbaiki. Andai saja semua orang berfikiran untuk mengurangi sampah pribadinya, berapa banyak jumlah ton sampah per hari bisa berkurang? Andai saya mengubah kebiasaan adalah hal yang mudah..........

Minggu, 19 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W6: WATER

Setelah membahas tentang energi pada minggu sebelumnya, pada minggu ini Bu Maria menjelaskan tentang air. Yaaaa, air yang itu lho, yang menurut kita segar, bersih, bening, jernih, bisa meredakan haus, dan sebagainya. Secara tidak sadar, saat mendengar kata air, kita akan menyebutkan berbagai hal baik. Tidak heran, karena memang air sangat penting dalam hidup kita. Coba bayangkan jika tak ada air, maka kita tak bisa mandi, makan, dan tentu saja minum. Nah, justru itu kuncinya! Coba bayangkan jika tidak ada air. Justru karena perannya yang sangat vital dalam hidup kita, kelangkaan air tentu akan menjadi masalah besar. Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih mengalami kekeringan saat musim kemarau datang. Mereka yang tinggal disana harus berjuang hanya untuk mendapatkan air. Sungguh memprihatinkan.

Tapi sebenarnya lucu juga ya. Di sisi lain kita mengalami kekeringan, namun di sisi lain banjir dimana-mana. Belum lagi masalah polusi air.

Kualitas air di Indonesia juga masih buruk. Sebenarnya, saat ini sudah ada kemajuan terkait hal tersebut. Sebagai contoh, air PDAM di Keputih yang dulu kotor, berbau, dan payau, kini sudah lebih baik sehingga lebih nyaman dipakai mandi. Hmm... saya setuju sekali dengan hal ini. Saya ingat betul betapa saya dulu sangat tidak suka ke Surabaya karena kondisi airnya. Saat saya berkunjung ke rumah saudara saya di Surabaya, saya tidak suka mandi disana karena setelah mandi, badan saya justru akan terasa pliket. Percaya atau tidak, saya dulu juga ogah kuliah di Surabaya karena hal ini. Untunglah saat ini saya sudah bisa merasakan sensasi segar setelah mandi di kos di daerah Keputih. Namun, tetap saja, kualitas air di Indonesia khususnya di Surabaya masih jauh dari standar karena air PDAM disini tidak dapat langsung dikonsumsi.

Bu Maria juga menjelaskan tentang Water Sensitive City (WSC) pada pertemuan kali ini. WSC merupakan tujuan utama dimana manajemen air tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar air, namun juga mengintegrasikan akses air dengan perlindugan keamanan, kesehatan masyarakat, banjir, maalah lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi. Penelitian bu Mar'atus dan bu Diesta menjelaskan urban water management transition ini untuk ruang lingkup Kota Surabaya. Mereka ingin menilai apakah framework tentang WSD ini tepat dan dapat diimplementasikan oleh Kota Surabaya. Hasilnya, konsep framework ini tidak dapat diterapkan di Surabaya. Sebab, di Indonesia, kuantitas dan kualitas air bersih di sebuah kota daerah sangat tergantung dengan sistem manajemen air di kota lain.

Pada pertemuan minggu ini, Bu Maria sebelumnya juga meminta kami untuk membuat sebuah rencana water project. Saya memutuskan untuk membuat sebuah projek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk perkampungan di Surabaya, khususnya Keputih. Hasil olahan IPAL tentu akan bermanfaat, karena dapat mencegah banyaknya biota sungai dan laut yang tercemar zat-zat berbahaya air kotor seperti sisa deterjen, dan lain-lain. Projek utama saya adalah untuk memanfaatkan air IPAL tersebut sebagai sumber budi daya ikan lele untuk meningkatkan kesejahteraan warga dengan hasil jualan ikan lele.

Sabtu, 11 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W5: ENERGY

Pada minggu ini, sesuai study guide, Bu Maria akan mengupas habis topik Energi. Sebelum mulai kelas, kami diminta untuk membaca tiga paper alumni Teknik Industri ITS yang berhubungan dengan topik Energi. Keempat paper tersebut adalah:

1. Aditya Timothy tentang Analisis Pemanfaatan Energi Listrik Perumahan Warga Kota Surabaya Segmen Listrik 450 VA dan 900 VA serta Alternatif Intervensi Kebijakan Efisiensi Energi
Sayangnya, karena waktu yang kurang, paper ini tidak dipresentasikan pada minggu ini.

2. Habib Hamidy tentang Analisis Pemanfaatan Air sebagai Energi Alternatif pada Produk Skala Rumah Tangga
Paper ini menjelaskan penelitian penggantian elpiji sebagai bahan bakar kompor dengan air. Dari hasil yang dipaparkan pada paper, ternyata diketahui bahwa air tidak cukup efektif untuk menggantikan elpiji. Hasil diskusi di kelas juga menyimpulkan hal ini, karena air belum mampu mencukupi spesifikasi yang diinginkan konsumen. Salah satu hal yang tidak dapat diwujudkan oleh air adalah nyala api yang besar sehingga memasak akan memakan waktu lebih lama. Selain itu, air yang digunakan adalah air yang sudah matang. Lantas, sama saja dong. Apa perlunya kita memasak air untuk memasak hal yang lain? Bukannya bahan bakar untuk merebus air juga merupakan energi?


Nurul Inayah dan Nando Novia meraih penghargaan dengan meneliti urin sebagai bahan bakar pengganti bensin
Dalam kesempatan tersebut, Bu Maria juga sempat mengusulkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang energi alternatif lain, termasuk urin. Wah, saya setuju banget! Sebab, salah seorang senior saya saat SMA pernah meneliti hal ini dengan menggunakan urin manusia sebagai bahan bakar pengganti untuk mobil. Setelah diuji dalam skala prototipe, ternyata air urin bisa digunakan sebagai bahan bakar dan lebih hemat daripada bensin. Penelitian ini bahkan mengantarkan senior saya meraih medali di kompetisi penelitian dunia. Hmm....sepertinya penelitian ini akan sangat "seksi" jika ada orang yang ingin mengembangkan ;)

3. Hilma Martha Ayu tentang Perumusan Strategi Pemasaran Produk Musicool Berdasarkan Hasil Riset Pasar dan Analisa Perilaku Konsumen dan Distributor
Wah kebetulan sekali saya yang diberi kesempatan untuk presentasi tentang topik ini. Sesungguhnya Musicool bukan sesuatu yang baru bagi saya. Sebagai reporter ITS Online, saya pernah meliput tentang sosialisasi pemasangan Muicool bagi para teknisi bengkel. Dari paper dan liputan saya pula, saya mengetahui bahwa Musicool merupakan salah satu alternatif terbaru untuk menggantikan penggunaan AC yang mengandung freon. Sudah jelas bahwa freon merupakan salah satu green house gases yang paling besar proporsinya. Nah, Musicool terbuat dari hidrokarbon. Penggunaan 1 kg Musicool bahkan sama dengan 3 kg freon. Wah, jauh juga ya perbandingannya:( Maka dari itu, penggunaan Musicool dapat menghemat sekaligus mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh AC. Apalagi penggunaan AC sudah tidak dapat dipisahan lagi dari kehidupan kita:(

4. Toni Utomo tentang Analisis Hubungan Karakter Remaja SMA terhadap Indikator-Indikator Eco-Driving
Paper ini dibuat oleh mas Toni Utomo, yang ternyata memiliki latar belakang sebagai seorang pembalap. Wow! Dengan latar belakang itu pula, mas Toni tertarik untuk meneliti bagaimana kebiasaan berkendara remaja SMA, apakah sudah menerapkan eco-driving atau belum. Dalam pemahaman saya, eco-driving adalah kebiasaan berkendara yang ramah lingkungan. Wah, emang bagaimana ya? Tahukah kalian bahwa frekuensi kita menambah gas mobil atau sepeda motor akan mempengaruhi jumlah bensin yang dihabiskan? Kalau belum, pantas saja suka ngebut di jalan! Selain itu, menentukan rute perjalanan sebelum berkendara juga penting agar kita tidak mondar-mandir tanpa tujuan selama di jalan dan membuang-buang bensin. Kita juga harus rutin melakukan servis motor, agar mesin motor tetap terjaga dalam kondisi standarnya dan tak boros bahan bakar. Saya tidak menyangka, kebiasan sekecil itu ternyata bisa berpengaruh besar lho terhadap ketersediaan energi berkelanjutan.


Oh iya, dalam kuliah pada minggu ini saya juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana seharusnya kita express our idea, critical thinking,  dan melakukan presentasi. Pastikan bahwa semua pendapat yang kita utarakan memiliki dasar. Saat mau presentasi tentang sebuah paper, jangan lupa untuk mencari sebanyak-banyaknya sumber yang berkaitan. Sehingga, kita dapat berfikir lebih critical :)

Sabtu, 04 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W4: Visi Misi Surabaya dan SDG

Minggu ini, kami kembali membahas tentang Sustainable Development Goal (SDG). Melanjutkan identifikasi kami sebelumnya tentang hubungan visi dan misi Kota Surabaya dengan SDG, pada pertemuan kali ini kami membuatnya jauh lebih detail. Tak hanya melihat hubungannya, namun kami juga turut menilai bagaimana nilai keterkaitan visi dan misi Surabaya dengan SDG. Menurut Bu Maria, Surabaya kini sedang gencar berbenah diri guna mencapai kotak demi kotak dalam SDG. Sebagai dasar, berikut adalah visi dan misi kota Surabaya.

Visi :
SURABAYA KOTA SENTOSA YANG BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING GLOBAL BERBASIS EKOLOGI.
Misi :
  1. Mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas
  2. Memberdayakan masyarakat dan menciptakan seluas-luasnya kesempatan berusaha
  3. Memelihara keamanan dan ketertiban umum
  4. Mewujudkan penataan ruang yang terintegrasi dan memperhatikan daya dukung kota
  5. Memantapkan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman yang ramah lingkungan
  6. Memperkuat nilai-nilai budaya lokal dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat
  7. Mewujudkan Surabaya sebagai pusat penghubung perdagangan dan jasa antar pulau dan internasional
  8. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik
  9. Memantapkan daya saing usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa, serta pengembangan industri kreatif
  10. Mewujudkan infrastruktur dan utilitas kota yang terpadu dan efisien

Dalam tugas ini, saya harus menentukan nilai keterkaitan SDG dengan misi nomor 4 dan 9. Setelah menganalisa tentang masing-masing tujuan, sasaran, dan program, diketahui bahwa SDG yang berhubungan dengan misi nomer 4 adalah no poverty, no hunger, good health and well-being, clean water and sanitation, sustainable cities and community, responsible consumption and production, climate action, and life on land. Kekurangan misi yang disusun Pemerintah Kota Surabaya, baik misi 4 maupun 9 adalah tidak mencantumkan target kuantitatif yang spesifik. Akibatnya, saya tidak bisa menilai sudah berapa persen target pemkot Surabaya memenuhi indikator SDG.