Apakah pernah menggunakan KASM?
Apa kesegaran air KASM sama dengan air minum biasa?
Jika tidak pernah menggunakan KASM, mengapa?
Setelah mengetahui tentang kualitas air KASM, apakah masih ingin minum?
...dan beberapa pertanyaan lain yang tidak dapat saya ingat hehe ^^"
Saya termasuk orang yang tidak pernah menggunakan KASM karena saya masih ragu dengan kualitanya dan saya risih jika harus meminum air tersebut langsung dari krannya. Apalagi bentuk KASM yang ada di ITS cukup susah untuk digunakan minum langsung tanpa menggunakan botol/gelas. Setelah beberapa pertanyaan singkat dan penjelasan dari mas Bagus, saya masih belum mau meminumnya karena alasan kedua. Kalau masalah kualitas, okelah karena saya sekarang udah cukup yakin dengan kualitasnya. Saya juga merasa bahwa diperlukan sosialisasi lebih kepada masyarakat tentang penggunaan KASM ini, termasuk indikator air boleh diminum, kualitasnya, dan lain-lain. Ini agar KASM yang telah disediakan gratis oleh PDAM benar-benar bermanfaat.
Setelah sekilas membahas tentang tugas akhir Mas Bagus, Bu Maria mulai masuk ke topik utama yakni solid waste. Topik bahasan kali ini ialah tugas akhir mbak Rahmasari tentang sistem konversi unit dalam sistem pembayaran pengangkutan sampah yang sebelumnya dalam satuan unit menjadi satuan volume. Bu Maria juga mengajak kami menyusun beberapa hipotesis tentang faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah per orangan per hari. Saya jadi ikut menebak-nebak apa saja yang mempengaruhi banyaknya sampah seseorang. Apakah faktor usia? Gender? Atau justru berat badan? Hehe
Oh iya, setelah kelas usai, saya dan teman-teman diminta untuk mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di daerah kami dan berfoto di antara gunungan sampah. Wah, sudah mulai terbayang bagaimana baunya:(
![]() |
Berfoto di depan TPS di kawasan Gebang Putih |