Setelah membahas tentang energi pada minggu sebelumnya, pada minggu ini Bu Maria menjelaskan tentang air. Yaaaa, air yang itu lho, yang menurut kita segar, bersih, bening, jernih, bisa meredakan haus, dan sebagainya. Secara tidak sadar, saat mendengar kata air, kita akan menyebutkan berbagai hal baik. Tidak heran, karena memang air sangat penting dalam hidup kita. Coba bayangkan jika tak ada air, maka kita tak bisa mandi, makan, dan tentu saja minum. Nah, justru itu kuncinya! Coba bayangkan jika tidak ada air. Justru karena perannya yang sangat vital dalam hidup kita, kelangkaan air tentu akan menjadi masalah besar. Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih mengalami kekeringan saat musim kemarau datang. Mereka yang tinggal disana harus berjuang hanya untuk mendapatkan air. Sungguh memprihatinkan.
Tapi sebenarnya lucu juga ya. Di sisi lain kita mengalami kekeringan, namun di sisi lain banjir dimana-mana. Belum lagi masalah polusi air.
Kualitas air di Indonesia juga masih buruk. Sebenarnya, saat ini sudah ada kemajuan terkait hal tersebut. Sebagai contoh, air PDAM di Keputih yang dulu kotor, berbau, dan payau, kini sudah lebih baik sehingga lebih nyaman dipakai mandi. Hmm... saya setuju sekali dengan hal ini. Saya ingat betul betapa saya dulu sangat tidak suka ke Surabaya karena kondisi airnya. Saat saya berkunjung ke rumah saudara saya di Surabaya, saya tidak suka mandi disana karena setelah mandi, badan saya justru akan terasa pliket. Percaya atau tidak, saya dulu juga ogah kuliah di Surabaya karena hal ini. Untunglah saat ini saya sudah bisa merasakan sensasi segar setelah mandi di kos di daerah Keputih. Namun, tetap saja, kualitas air di Indonesia khususnya di Surabaya masih jauh dari standar karena air PDAM disini tidak dapat langsung dikonsumsi.
Bu Maria juga menjelaskan tentang Water Sensitive City (WSC) pada pertemuan kali ini. WSC merupakan tujuan utama dimana manajemen air tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar air, namun juga mengintegrasikan akses air dengan perlindugan keamanan, kesehatan masyarakat, banjir, maalah lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi. Penelitian bu Mar'atus dan bu Diesta menjelaskan urban water management transition ini untuk ruang lingkup Kota Surabaya. Mereka ingin menilai apakah framework tentang WSD ini tepat dan dapat diimplementasikan oleh Kota Surabaya. Hasilnya, konsep framework ini tidak dapat diterapkan di Surabaya. Sebab, di Indonesia, kuantitas dan kualitas air bersih di sebuah kota daerah sangat tergantung dengan sistem manajemen air di kota lain.
Pada pertemuan minggu ini, Bu Maria sebelumnya juga meminta kami untuk membuat sebuah rencana water project. Saya memutuskan untuk membuat sebuah projek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk perkampungan di Surabaya, khususnya Keputih. Hasil olahan IPAL tentu akan bermanfaat, karena dapat mencegah banyaknya biota sungai dan laut yang tercemar zat-zat berbahaya air kotor seperti sisa deterjen, dan lain-lain. Projek utama saya adalah untuk memanfaatkan air IPAL tersebut sebagai sumber budi daya ikan lele untuk meningkatkan kesejahteraan warga dengan hasil jualan ikan lele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar