Pages

Kamis, 15 Juni 2017

Pengalaman dan Tips Seleksi Djarum Beasiswa Plus 2016/2017 (1)

Halooo. Agak berbeda dengan posting sebelum-sebelumnya yang isinya project SMA kuliah dan lomba (-_-), kali ini aku mau berbagi pengalamanku selama seleksi penerimaan Djarum Beasiswa Plus 2016/2017. Tapi sebelumnya aku mau sedikit kasih penjelasan nih tentang Djarum Beasiswa Plus karena program beasiswa ini beda dari kebanyakan beasiswa lain. Soalnya, selain dapet uang saku tiap bulan, kita juga bakal dapet serangkaian pelatihan yang berguna banget. Ada Nation Building, Character Building, dan Leadership Depevelopment. Masing-masing pelatihan tuh punya tujuan beda-beda, tapi sama-sama bertujuan buat meningkatkan softskill peserta. Kalau mau tau lebih lanjut, klik aja di website resminya Djarum Beasiswa Plus, atau ntar deh kapan-kapan kalau sempet bakal aku ceritain satu-satu. Pokoknya dijamin selama setahun jadi Beswan Djarum (sebutan penerima beasiswa), kamu bakal dapet pengalaman yang bisa jadi once in a life time :)

Nah, proses seleksi pertama yang harus kita ikuti adalah seleksi berkas. Eits jangan dianggap remeh ya!  Pada tahap ini, kuncinya adalah: TELITI. Iya, soalnya satu persyaratan berkas aja ada yang kelewat, maka kesempatan kita jadi Beswan Djarum bakal hangus selama-lamanya. Pertama, kita harus isi dulu form registrasi online di website resminya. Tipsnya adalah jangan ngisi pendek-pendek kaya ngga niat gitu yaaaa. Anggap aja form registrasi itu kaya CV. Jawab aja semua pertanyaannya dengan seniat mungkin, tapi jangan bertele-tele juga. Soalnya, kalo lolos seleksi berkas, jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut bakal berguna banget di tahap selanjutnya.

Setelah beres ngisi form registrasi online, nanti kita bakal dapet arahan buat ngeprint form tersebut yang bakal dikirim ke email kita. Disitu juga bakal tertera kode unik sebagai nomer pendaftaran kita. Selain form registrasi yang udah di print, berkas lain yang harus dikumpulin adalah:
1. Satu lembar foto ukuran 4 x 6 cm berwarna memakai jas almamater
2. Fotocopy Kartu Mahasiswa
3. Fotocopy Transkrip Nilai sampai semester III yang sudah dilegalisir
4. Fotocopy sertifikat kegiatan organisasi/surat keterangan aktif berorganisasi
5. Surat keterangan dari Kampus bahwa aktif sebagai mahasiswa dan tidak sedang menerima beasiswa dari pihak lain yang disertai stempel basah dari kampus
Semua berkas tersebut lalu dikirim ke kantor Djarum region masing-masing yang tertera di website atau bisa juga dikumpulkan langsung ke Beswan Djarum senior kalian di kampus.

Jangan dikira semua yang mengumpulkan berkas akan lolos ke tahap selanjutnya yaa karena tiap tahun, ada ribuan pendaftar yang langkahnya udah harus terhenti sejak seleksi berkas. Biasanya alasan utama ngga lolo karena berkas ngga lengkap, IPK kurang dari 3,00, dan berkas ngga sesuai ketentuan (contohnya legalisir, stempel, dll). Kalau alhamdulillah lolos seleksi berkas, kita bakal dapat email dan SMS resmi dari Djarum sebagai tiket kita untuk ikut tahap selanjutnya: Tes Tulis.

***

Tes Tulis
Aku inget banget, tes tulis waktu itu diselenggarakan saat liburan. Bagi kita yang kuliahnya merantau, jangan harap bisa ikut tes tulis di daerah tempat tinggal masing-masing. Kita harus tetap ikut tes di region universitas. Kebetulan rumahku di Pasuruan dan tes tulis saat itu diselenggarakan di Gedung Jatim Expo Surabaya karena aku kuliah di ITS. Jadi, aku harus berangkat pagi-pagi banget dari rumah. Oh iya, jangan lupa print bukti email resmi Djarum ya! Kesalahanku waktu itu adalah aku lupa ngeprint, jadi sempet panik banget selama perjalanan. Meskipun akhirnya boleh hanya menunjukkan email dari HP, tapi tetep aja perasaan panik tuh mempengaruhi psikologiku sebelum tes. Lebih baik siapkan semua dari awal biar merasa lebih tenang dan percaya diri :)

Setelah melakukan registrasi di pintu masuk, kita bakal dapet id card, bulpen dan notebook. Karena aku ngga sempet foto punyaku, nih aku ambil gambar dari blog orang lain biar kalian tau kalo notebook-nya lumayan kece hehe
taken from: eugeniasepthariani.blogspot.co.id
Pas masuk ke area tes tulis, aku langsung harus berhadapan dengan ribuan pendaftar lain dari Surabaya. Selain dari ITS, ada pula yang dari Unair, PENS, UPN Veteran Jawa Timur, dan UIN Sunan Ampel. Nanti, kita bakal duduk sesuai universitas masing-masing. Setelah semua peserta masuk ke tempat tes, baru tes tulis bisa dimulai. Tes tulis ini sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Psikotest.

Untuk TPA sendiri ngga beda jauh dengan TPA pada umumnya. Aku lupa persisnya ada berapa soal dan berapa sesi, yang pasti ada tes verbal (antonim, sinonim, padanan kata), numerik (aritmatika, deret bilangan), logika, dan spasial/gambar (2D dan 3D). Tiap sesi harus dikerjakan dalam kurun waktu tertentu. Jadi kerjakan aja sebisa mungkin dan jangan cemas kalo ngga bisa menjawab semua soal.

Setelah TPA, selanjutnya adalah psikotest yang terdiri dari tiga sesi yang isinya sebenarnya 'cuma' menggambar. Kita akan diberi pensil HB oleh panitia dan selama tes ini kita tidak boleh menggunakan penghapus sama sekali.
1. WARTEGG TEST

Pada tes ini, kita diminta untuk menggambar di delapan kotak yang masing-masing kota sudah ada pola berupa titik/garis/bentuk, Tugas kita adalah bikin gambar apapun dengan meneruskan pola-pola tersebut. Setelah menggambar, kita akan disuruh memberi judul untuk masing-masing kotak dan nomer urut dari kotak yang digambar terlebih dahulu.
Tips: browsing dulu sebelum tes, karena pola di tiap kotak selalu sama. Jadi, bisa kira-kira dan latihan terlebih dahulu mau menggambar apa agar waktunya juga ngga keteteran. Di internet juga sebenarnya sudah banyak kok artikel tentang tes ini, termasuk trik-triknya. Contohnya ada trik sebaiknya kotak mana yang harus digambar duluan, dll.

2. DRAW A MAN TEST
Kita akan diminta menggambar manusia di selembar kertas kosong. Terserah mau menggambar apapun sesuai imajinasi kita.
Tips: sesuai hasil browsing saya sebelum tes, gambarlah manusia dengan anggota tubuh lengkap dari ujung kepala hingga ujung kaki, lengkap dengan lingkungan dan aktivitasnya. Contohnya waktu itu aku menggambar guru perempuan yang sedang mengajar di kelas, jadi aku turut menggambar papan tulis, burung garuda, dan foto presiden untuk menggambarkan ruang kelas wkwk. Kalau mau trik lebih lengkap, browsing lagi aja ya!

3. DRAW A TREE TEST
Sama seperti Draw A Man Test, disini kita harus menggambar pohon apapun.
Tips: sama seperti psikotest lain, kita bisa browsing terlebih dahulu untuk tau trik pada tes ini. Seingatku, trik pada tes ini adalah kita harus menggambar pohon berkayu dan memiliki anggota tubuh lengkap. Jadi, harus tergambar batang, buah, daun, ranting, sampai akarnya.

Pada intinya, tips pada tes tulis ini sama sih. Jangan remehkan tahap ini hanya karena kita merasa sudah terbiasa dengan jenis-jenis tesnya. Ngga ada salahnya sama sekali kalo browsing dulu sebelum tes karena sesungguhnya semua ada triknya. Oh iya, yang ngga kalah penting, siapkan kondisi fisik dan mental sebaik-baiknya ya! Karena aku orangnya gampang pusing kalo lagi mikir keras, waktu itu aku bawa sebotol air minum buat jaga-jaga. Sebelum tes, kalau bisa sih mampir kamar mandi dulu biar ngga kebelet di tengah tes. Selain itu, sebelum tes posisikan diri sepewe mungkin, baik itu dari posisi duduk, pakaian, dll. Jangan datang terlalu mepet dengan waktu berlangsungnya tes, biar ngga grogi duluan dan jangan lupa minta doa dari orang tua ☺

Setelah tes tulis, kita akan diberi waktu untuk istirahan sholat dan makan siang. Kita ngga boleh langsung pulang, karena hasil tes tulis akan dimumkan siang itu juga. Dari ribuan yang waktu itu ikut tes tulis di Surabaya, hanya ratusan orang yang akhirnya bisa lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu tes wawancara dan  game assessment test (GAT). Cerita tentang tahap ini akan aku lanjutkan di part selanjutnya yaaa.



Jumat, 02 Juni 2017

W14: Wrapping Up - CIMOSA dan Sustainability

Minggu ini merupakan minggu perkuliahan terakhir dengan Bu Maria. Di kelas, bu Maria membahas tentang hal yang sudah menjadi makanan sehari-hari anak teknik industri sejak semester 1. Ya, CIMOSA! CIMOSA merupaan salah satu model bisnis yang merupakan gambaran tentang keterkaitan antar seluuruh proses bisnis dalam sebuah perushaan. Sedangkan bisnis proses sendiri artinya ialah serangkaian aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Proses bisnis sendiri biasanya harus diidentifikasi terlebih dahulu. Proses bisnis pun memiliki berbagai level, dari levelt ertinggi hingga level terendah. Contohnya ialah jika proses bisnis core process pada CIMOSA merupakan level 1, maka develop productget order, fulfill order, dan support product adalah proses bisnis level dan dapat terus dipecah hingga level 3, 4, dst sampai suatu proses bisnis tersebut memiliki fungsi khusus tertentu.

Dalam kelas, Bu Maria juga kembali mengingatkan kami tentang konsep lean manufacturing dan Product Service System (PSS). Kedua konsep tersebut berbdea karena jika kita mau mengubah perusahaan dengan menerapkan lean manufacturing, maka ktia harus mengubah bisnis proses. Sedangkan jika kita ingin berubah menjadi perusahaan yang menerapkan PSS, maka kita harus turut mengubah keseluruhan model bisnis kita, karena perubahan tersebut akan berdampak pada seluruh proses bisnis.

Selain itu, Bu Maria juga menjelaskan tentang bagaimana sustainability berpengaruh pada sebuah proses bisnis dalam perusahaan. Untuk itu, kami diperkenalkan dengan life cycle management yang mengatur proses sebuah produk dari berbentuk bahan baku hingga pelayanan konsumen dalam seluruh fase profuct life cycle. Dalam life cycle management, termasuk life cycle engineering, life cycle assessment, life cycle costing, product data management, dan technical support.  Life cycle costing sendiri artinya ialah melibatkan seluruh elemen biaya dengan melihat dari berbagai sudut pandang antar stakeholder binsis. Sehingga bukan jamannya lagi mengurangi biaya gaji pegawai secara drastis hanya untuk menekan harga produk agar disukai konsumen.


Minggu, 07 Mei 2017

Sustainable Manufacturing W13: Product Service System (PSS)

Minggu ini, saya kembali tidak mengikuti perkuliahan karena harus mengikuti lomba di Jakarta. Namun, dari cerita teman-teman saya, perkuliahan minggu ini sangat mengasyikkan karena kami kembali kedatangan tamu, yakni Bu Mila dari Universitas Brawijaya Malang. Bu Mila menjelaskan tentang PSS yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

PSS adalah sistem yang mengintegrasikan produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Padahal, produk dan layanan jelas-jelas memiliki beberapa karakteristik mendasar yang sangat berbeda. Sebagai contoh, produk sifatnya tangible (nyata) sedangkan layanan sifatnya intangible (tidak nyata). Nah, dalam PSS, aspek produk dan layanan tersebut dikombinasikan untuk memperoleh competitive advantage. Sebab, seiring dengan adanya globalisasi, permintaan konsumen semakin meningkat tetapi memenuhi kebutuhan terhadap produk saja tidak cukup. Saat ini konsumen juga cenderung lebih memilih mendapatkan manfaatnya saja daripada harus membeli suatu produk. Salah satu contohnya adalah lebih memilih menyewa mesin cuci daripada harus membeli meisn cuci baru. 

PSS dibagi menjadi tiga kategori, yakni product oriented, use oriented, dan result oriented.

  • Product oriented : menjual produk dengan memeberikan beberapa layanan tambahan
  • Use oriented : konsumen tidak perlu memberi barang, karena dapat menyewa hanya untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, dibagi menjadi tiga, yakni sharing, renting, dan pooling. 
  • Result oriented : menjual layanan

PSS tentu saja berkaitan erat dengan sustainability. Selain bertujuan untuk meningkatkan competitive advantage, profitability, dan customer level suatu perusahaan, PSS juga ramah lingkungan. Hal ini karena banyak konsumen dapat menggunakan satu produk yang sama sehingga akan ada sharing economy. Contohnya adalah banyak perusahaan yang saat ini lebih memilih menyewa mobil sebagai mobil dinas daripada harus membeli puluhan mobil baru untuk karyawannya. Sebab, dengan menyewa, mobil tetap dapat digunakan dengan utility tinggi, biaya murah, namun perusahaan tidak perlu repot mengurus perawatannya.


Saya juga teirngat salah satu contoh lain PSS yang pernah diterangkan oleh Bu Maria, yakni penyewaan mesin fotokopi. Saya ingat saat mata kuliah ekologi industri, Bu Maria sempat menjelaskan bahwa Departemen Teknik Industri (DTI) ternyata selama ini tidak memiliki mesin fotokopi, karena mereka hanya menyewa dari sebuah perusahaan. Sehingga, saat ada kerusakan, pihak DTI tidak akan terganggu operasionalnya karena perusahaan akan langsung mengganti dengan mesin fotokopi yang lain dan bertaggungjawab untuk memperbaiki mesin fotopi yang rusak tersebut. Wah berguna sekali ya sistem PSS ini :)

Minggu, 30 April 2017

Sustainable Manufacturing W12: Green and Lean Manufacturing

Setelah minggu lalu tidak ada perkuliahan karena studi ekskursi, minggu ini kami kedatangan Bu Ninik dari Universitas Diponogoro. Beliau sedang melakukan penelitiannya tentang konsep Green and Lean Manufacturing untuk meraih gelar doktor dari ITS. Hingga saat ini, industri manufaktur sejatinya telah berevolusi, dari traditional manufacturing, lean manufacturing, green manufacturing, hingga sustainable manufacturing. Lean manufacturing adalah saat perusahaan fokus pada efisiensi, yakni bagaimana menggunakan energi dan cost seminimal mungkin untuk melakuakn proses bisnisnya. Green manufacturing menuntut perusahaan untuk berorientasi agar proses bisnisnya tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, sedangkan perusahaan yang sudah menerapkan sustainable manufacturing akan selalu memperhatikan Triple Bottom Line (profit-people-planet).

Karena fokus pada penerapan lean dan green manufacturing, Bu Ninik menjelaskan bagaimana kedua konsep ini sebenarnya berkaitan. Dalam lean manufacturing, hal yang menjadi driver dalam proses bisnis perusahaan adalah konsumen karena konsumen pasti menginginkan produk dengan harga serendah-rendahnya namun dengan kualitas sebaik-baiknya. Sehingga, perusahaan harus memutar otak bagaimana membuat proses produksinya lebih efisien dengan tak henti melakukan continuous improvement. Beberapa caranya adalah dengan menerapkan 5S (5R - Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), Poka Yoke, Kanban, Just in Time, dan cellular manufacturing. 

Sedangkan pada konsep green manufacturing, tujuan utamanya adalah bagaimana agar limbah perusahaan dapat diminalisir sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko bahaya terhadap manusia dan lingkungan. Namun, menurut Bu Ninik, alah satu tantangan terbesar dalam penerapan green manufacturing adalah kesadaran masyarakat yang masih kurang tentang pentingnya para perusahaan menerapkan konsep ini. Alhasil, hanya sedikit masyarakat yang memperitmbangkan apakah sebuah perusahaan menerapkan green manufacturing atau tidak saat membeli produknya.


Sejatinya, konsep lean dan green manufacturing memiliki persamaan, yakni untuk mengurangi waste sebanyak mungkin namun tetap memiliki service level tinggi. Bedanya ialah bagaimana kedua konsep tersebut mendefinisikan waste, menetapkan key performance indicator, dan menganalisis prosesnya. Lean manufacturing menggunakan Value Stream Mapping (VSM), yakni teknik untuk melihat aliran material dan informasi dalam proses bisnis agar bisa mendeteksi titik pemborosan dalam proses tersebut. Sedangkan green manufacturing menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan selama siklus hidup produk.

Sabtu, 15 April 2017

Sustainable Manufacturing W10: Green Industry and Elevator Pitch

Pada pertemuan minggu ini, Bu Maria ingin menjelaskan kepada kami tentang green industry namun dengan cara yang berbeda. Jauh sebelum pertemuan ini dimulai, kami diminta untuk membaca buku "Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau" dari Kementrian Perindustria Indonesia. Buku tersebut berisi ulasan tentang penghargaan green industry, termasuk indikator dan standar penilaian untuk mendapatkan penghargaan tersebut.

Setelah memahami isinya, kami melakukan roleplay. Kami harus menjadi salesman yang menawarkan jasa konsultan untuk menerapkan green industry di perusahaannya. Jadi, kami harus benar-benar bisa menjelaskan apa itu green industry kepada orang lain, apa untungnya, dan bagaimana penilaiannya.

Penghargaan green industry adalah bentuk motivasi dari pemerintah kepada perusahaan di Indonesia agar mereka mau menerapkan prinsip green industry dalam seluruh proses produksinya. Untuk memperolehnya, terdapat beberapa indikator yang harus diperhatikan, termasuk tingkat efisiensi proses produksi, defect dan waste yang dihasilkan dari proses produksi, hingga manajemen energi dan limbah produksi. Selain itu, penghargaan ini turut menjadikan Corporate Social Responsibility (CSR) dan manajeman sumber daya manusia seperti pelatihan dan medical check up pekerja sebagai aspek penilaian. Pada intinya, jika sebuah perusahaan sudah dilabeli dengan green industry, itu artinya perusahaan tersebut memang benar-benar ramah lingkungan dan terbukti mendukung sustainability dari berbagai aspek. Penghargaan industri hijau ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan agar konsumen memilih produknya, apalagi jika melihat trend masyarakat saat ini yang sudah mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Setelah saya sedikit browsing, sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang telah menerima penghargaan ini, salah satunya PT. Semen Indonesia dan Frisian Flag Indonesia.

Oh iya, dalam roleplay menjadi salesman kali ini, Bu Maria menginginkan agar kami melakukannya dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menggunakan elevator pitch! Jadi, kami dituntut untuk bisa menyampaikan dan menjual tentang green industry hanya dalam waktu tiga menit. Kami harus membayangkan bagaimana jika kami bertemu bos perusahaan besar dalam sebuah elevator dan kami harus membuatnya tertarik dengan green industry sebelum pintu elevatornya terbuka. Wow. Wow. Wow. Semakin saya yakin bahwa teknik ini pasti akan sangat berguna bagi kita nanti, semakin saya merasa bahwa melakukan elevator pitch tak semudah yang dibayangkan:( Beberapa teman saya sempat mencoba maju ke depan kelas untuk mempraktikkan, tapi beberapa dari mereka berakhir gugup di depan kelas dan akhirnya tidak dapat benar-benar "menjual" ide tentang green industry kepada bos perusahaan. Saya tertarik sekali untuk mencobanya, tapi mungkin tidak minggu ini. Saya harus mencari tau lebih lanjut tentang teknik-teknik melakukan ini. Salah satunya, dengan menonton video di bawah ini :) 6 Elevator Pitches for the 21st Century

Senin, 03 April 2017

Sustainable Manufacturing W8: Solid Waste & Mass Customization

Pada pertemuan terakhir sebelum UTS ini, kami membahas tentang tugas akhir salah satu alumni yakni tentang penyapu jalan di Surabaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh temuan Walikota Surabaya, Bu Risma, yang merasa jalan di Surabaya masih banyak yang kotor. Untuk itu, beliau ingin mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengatasi hal ini, termasuk penggunaa mesin penyapu jalan (Road Sweeper). Penggunaan alat ini dapat menggantikan kerja manusia yang selama ini menyapu jalan setelah dilakukan penghitungan jumlah penyapu optimal di Surabaya. Namun, beberapa hal yang menjadi kerugian penggunaan Road Sweeper adalah meningkatnya jumlah pengangguran serta kemampuan alat yang tidak dapat menjangkau bagian-bagian tertentu di jalan.

Dalam kelas kali ini, dibahas pula mengenai mass customization yang menjadi salah satu topik pada kuliah tamu yang diselenggarakan pada minggu sebelumnya. Kuliah tamu yang diisi oleh Pak Chu dari Malaysia tersebut memberikan kami pengetahuan bahwa mass customization dapat menjadi salah satu solusi bagi perusahaan yang ingin memenuhi keinginan pelanggannya namun tetap dengan low production cost.
Mass customization pada mobil Mini Cooper
Sistem mass customizaation meungkinkan pelanggan untuk memilih dan menyusun sendiri fitur-fitur apa yang mereka inginkan dalam sebuah produk dengan menggunakan biaya layaknya produksi masal. Mass customization telah menjadi tren tersendiri karena dapat memenuhi permintaan pelanggan secara tepat sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih banyak. Selain itu, tingkat kepuasan pelanggan juga akan meningkat significantly. Beberapa jenis produk dari beberapa perusahaan telah menetapkan sistem ini, seperti sepatu Nike dan mobil Mini Cooper dimana konsumen dapat langsung memilih warna dan model yang diinginkan.

Senin, 27 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W7: Solid Waste

Sebelum menginjak topik utama mengenai solid waste, Bu Maria terlebih dahulu membahas tentang tugas akhir salah satu teman kami, yakni Mas Bagus. Dalam tugas akhirnya, mas Bagus meneliti tentang kran air siap minum (KASM), termasuk bagaimana penggunaannya di kalangan masyarakat. Untuk itu, mas Bagus dan Bu Maria terlebih dahulu memberikan mahasiswa di kelas beberapa pertanyaan, seperti:

Apakah pernah menggunakan KASM?
Apa kesegaran air KASM sama dengan air minum biasa?
Jika tidak pernah menggunakan KASM, mengapa?
Setelah mengetahui tentang kualitas air KASM, apakah masih ingin minum?
...dan beberapa pertanyaan lain yang tidak dapat saya ingat hehe ^^"

Saya termasuk orang yang tidak pernah menggunakan KASM karena saya masih ragu dengan kualitanya dan saya risih jika harus meminum air tersebut langsung dari krannya. Apalagi bentuk KASM yang ada di ITS cukup susah untuk digunakan minum langsung tanpa menggunakan botol/gelas. Setelah beberapa pertanyaan singkat dan penjelasan dari mas Bagus, saya masih belum mau meminumnya karena alasan kedua. Kalau masalah kualitas, okelah karena saya sekarang udah cukup yakin dengan kualitasnya. Saya juga merasa bahwa diperlukan sosialisasi lebih kepada masyarakat tentang penggunaan KASM ini, termasuk indikator air boleh diminum, kualitasnya, dan lain-lain. Ini agar KASM yang telah disediakan gratis oleh PDAM benar-benar bermanfaat.

Setelah sekilas membahas tentang tugas akhir Mas Bagus, Bu Maria mulai masuk ke topik utama yakni solid waste. Topik bahasan kali ini ialah tugas akhir mbak Rahmasari tentang sistem konversi unit dalam sistem pembayaran pengangkutan sampah yang sebelumnya dalam satuan unit menjadi satuan volume. Bu Maria juga mengajak kami menyusun beberapa hipotesis tentang faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah per orangan per hari. Saya jadi ikut menebak-nebak apa saja yang mempengaruhi banyaknya sampah seseorang. Apakah faktor usia? Gender? Atau justru berat badan? Hehe

Oh iya, setelah kelas usai, saya dan teman-teman diminta untuk mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di daerah kami dan berfoto di antara gunungan sampah. Wah, sudah mulai terbayang bagaimana baunya:(

Berfoto di depan TPS di kawasan Gebang Putih
Benar saja. Saya mengunjungi sebuah TPS di kawasan Gebang Putih. Hanya berjarak beberapa meter saja, bau tidak sedapnya mulai tercium. Saat masuk, baunya semakin menjadi. Saya tidak suka baunya. Tapi, kalau dipikir-pikir, beberapa kilogram dari sampah disana juga merupakan sampahku. Kita terkadang tidak berfikir panjang saat menggunakan sesuatu. Beli nasi bungkus dibungkus kertas, beli air minum dalam kemasan, hingga menyisakan makanan adalah beberapa contoh kebiaaan kita yang seharusnya diperbaiki. Andai saja semua orang berfikiran untuk mengurangi sampah pribadinya, berapa banyak jumlah ton sampah per hari bisa berkurang? Andai saya mengubah kebiasaan adalah hal yang mudah..........

Minggu, 19 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W6: WATER

Setelah membahas tentang energi pada minggu sebelumnya, pada minggu ini Bu Maria menjelaskan tentang air. Yaaaa, air yang itu lho, yang menurut kita segar, bersih, bening, jernih, bisa meredakan haus, dan sebagainya. Secara tidak sadar, saat mendengar kata air, kita akan menyebutkan berbagai hal baik. Tidak heran, karena memang air sangat penting dalam hidup kita. Coba bayangkan jika tak ada air, maka kita tak bisa mandi, makan, dan tentu saja minum. Nah, justru itu kuncinya! Coba bayangkan jika tidak ada air. Justru karena perannya yang sangat vital dalam hidup kita, kelangkaan air tentu akan menjadi masalah besar. Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih mengalami kekeringan saat musim kemarau datang. Mereka yang tinggal disana harus berjuang hanya untuk mendapatkan air. Sungguh memprihatinkan.

Tapi sebenarnya lucu juga ya. Di sisi lain kita mengalami kekeringan, namun di sisi lain banjir dimana-mana. Belum lagi masalah polusi air.

Kualitas air di Indonesia juga masih buruk. Sebenarnya, saat ini sudah ada kemajuan terkait hal tersebut. Sebagai contoh, air PDAM di Keputih yang dulu kotor, berbau, dan payau, kini sudah lebih baik sehingga lebih nyaman dipakai mandi. Hmm... saya setuju sekali dengan hal ini. Saya ingat betul betapa saya dulu sangat tidak suka ke Surabaya karena kondisi airnya. Saat saya berkunjung ke rumah saudara saya di Surabaya, saya tidak suka mandi disana karena setelah mandi, badan saya justru akan terasa pliket. Percaya atau tidak, saya dulu juga ogah kuliah di Surabaya karena hal ini. Untunglah saat ini saya sudah bisa merasakan sensasi segar setelah mandi di kos di daerah Keputih. Namun, tetap saja, kualitas air di Indonesia khususnya di Surabaya masih jauh dari standar karena air PDAM disini tidak dapat langsung dikonsumsi.

Bu Maria juga menjelaskan tentang Water Sensitive City (WSC) pada pertemuan kali ini. WSC merupakan tujuan utama dimana manajemen air tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar air, namun juga mengintegrasikan akses air dengan perlindugan keamanan, kesehatan masyarakat, banjir, maalah lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi. Penelitian bu Mar'atus dan bu Diesta menjelaskan urban water management transition ini untuk ruang lingkup Kota Surabaya. Mereka ingin menilai apakah framework tentang WSD ini tepat dan dapat diimplementasikan oleh Kota Surabaya. Hasilnya, konsep framework ini tidak dapat diterapkan di Surabaya. Sebab, di Indonesia, kuantitas dan kualitas air bersih di sebuah kota daerah sangat tergantung dengan sistem manajemen air di kota lain.

Pada pertemuan minggu ini, Bu Maria sebelumnya juga meminta kami untuk membuat sebuah rencana water project. Saya memutuskan untuk membuat sebuah projek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk perkampungan di Surabaya, khususnya Keputih. Hasil olahan IPAL tentu akan bermanfaat, karena dapat mencegah banyaknya biota sungai dan laut yang tercemar zat-zat berbahaya air kotor seperti sisa deterjen, dan lain-lain. Projek utama saya adalah untuk memanfaatkan air IPAL tersebut sebagai sumber budi daya ikan lele untuk meningkatkan kesejahteraan warga dengan hasil jualan ikan lele.

Sabtu, 11 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W5: ENERGY

Pada minggu ini, sesuai study guide, Bu Maria akan mengupas habis topik Energi. Sebelum mulai kelas, kami diminta untuk membaca tiga paper alumni Teknik Industri ITS yang berhubungan dengan topik Energi. Keempat paper tersebut adalah:

1. Aditya Timothy tentang Analisis Pemanfaatan Energi Listrik Perumahan Warga Kota Surabaya Segmen Listrik 450 VA dan 900 VA serta Alternatif Intervensi Kebijakan Efisiensi Energi
Sayangnya, karena waktu yang kurang, paper ini tidak dipresentasikan pada minggu ini.

2. Habib Hamidy tentang Analisis Pemanfaatan Air sebagai Energi Alternatif pada Produk Skala Rumah Tangga
Paper ini menjelaskan penelitian penggantian elpiji sebagai bahan bakar kompor dengan air. Dari hasil yang dipaparkan pada paper, ternyata diketahui bahwa air tidak cukup efektif untuk menggantikan elpiji. Hasil diskusi di kelas juga menyimpulkan hal ini, karena air belum mampu mencukupi spesifikasi yang diinginkan konsumen. Salah satu hal yang tidak dapat diwujudkan oleh air adalah nyala api yang besar sehingga memasak akan memakan waktu lebih lama. Selain itu, air yang digunakan adalah air yang sudah matang. Lantas, sama saja dong. Apa perlunya kita memasak air untuk memasak hal yang lain? Bukannya bahan bakar untuk merebus air juga merupakan energi?


Nurul Inayah dan Nando Novia meraih penghargaan dengan meneliti urin sebagai bahan bakar pengganti bensin
Dalam kesempatan tersebut, Bu Maria juga sempat mengusulkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang energi alternatif lain, termasuk urin. Wah, saya setuju banget! Sebab, salah seorang senior saya saat SMA pernah meneliti hal ini dengan menggunakan urin manusia sebagai bahan bakar pengganti untuk mobil. Setelah diuji dalam skala prototipe, ternyata air urin bisa digunakan sebagai bahan bakar dan lebih hemat daripada bensin. Penelitian ini bahkan mengantarkan senior saya meraih medali di kompetisi penelitian dunia. Hmm....sepertinya penelitian ini akan sangat "seksi" jika ada orang yang ingin mengembangkan ;)

3. Hilma Martha Ayu tentang Perumusan Strategi Pemasaran Produk Musicool Berdasarkan Hasil Riset Pasar dan Analisa Perilaku Konsumen dan Distributor
Wah kebetulan sekali saya yang diberi kesempatan untuk presentasi tentang topik ini. Sesungguhnya Musicool bukan sesuatu yang baru bagi saya. Sebagai reporter ITS Online, saya pernah meliput tentang sosialisasi pemasangan Muicool bagi para teknisi bengkel. Dari paper dan liputan saya pula, saya mengetahui bahwa Musicool merupakan salah satu alternatif terbaru untuk menggantikan penggunaan AC yang mengandung freon. Sudah jelas bahwa freon merupakan salah satu green house gases yang paling besar proporsinya. Nah, Musicool terbuat dari hidrokarbon. Penggunaan 1 kg Musicool bahkan sama dengan 3 kg freon. Wah, jauh juga ya perbandingannya:( Maka dari itu, penggunaan Musicool dapat menghemat sekaligus mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh AC. Apalagi penggunaan AC sudah tidak dapat dipisahan lagi dari kehidupan kita:(

4. Toni Utomo tentang Analisis Hubungan Karakter Remaja SMA terhadap Indikator-Indikator Eco-Driving
Paper ini dibuat oleh mas Toni Utomo, yang ternyata memiliki latar belakang sebagai seorang pembalap. Wow! Dengan latar belakang itu pula, mas Toni tertarik untuk meneliti bagaimana kebiasaan berkendara remaja SMA, apakah sudah menerapkan eco-driving atau belum. Dalam pemahaman saya, eco-driving adalah kebiasaan berkendara yang ramah lingkungan. Wah, emang bagaimana ya? Tahukah kalian bahwa frekuensi kita menambah gas mobil atau sepeda motor akan mempengaruhi jumlah bensin yang dihabiskan? Kalau belum, pantas saja suka ngebut di jalan! Selain itu, menentukan rute perjalanan sebelum berkendara juga penting agar kita tidak mondar-mandir tanpa tujuan selama di jalan dan membuang-buang bensin. Kita juga harus rutin melakukan servis motor, agar mesin motor tetap terjaga dalam kondisi standarnya dan tak boros bahan bakar. Saya tidak menyangka, kebiasan sekecil itu ternyata bisa berpengaruh besar lho terhadap ketersediaan energi berkelanjutan.


Oh iya, dalam kuliah pada minggu ini saya juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana seharusnya kita express our idea, critical thinking,  dan melakukan presentasi. Pastikan bahwa semua pendapat yang kita utarakan memiliki dasar. Saat mau presentasi tentang sebuah paper, jangan lupa untuk mencari sebanyak-banyaknya sumber yang berkaitan. Sehingga, kita dapat berfikir lebih critical :)

Sabtu, 04 Maret 2017

Sustainable Manufacturing W4: Visi Misi Surabaya dan SDG

Minggu ini, kami kembali membahas tentang Sustainable Development Goal (SDG). Melanjutkan identifikasi kami sebelumnya tentang hubungan visi dan misi Kota Surabaya dengan SDG, pada pertemuan kali ini kami membuatnya jauh lebih detail. Tak hanya melihat hubungannya, namun kami juga turut menilai bagaimana nilai keterkaitan visi dan misi Surabaya dengan SDG. Menurut Bu Maria, Surabaya kini sedang gencar berbenah diri guna mencapai kotak demi kotak dalam SDG. Sebagai dasar, berikut adalah visi dan misi kota Surabaya.

Visi :
SURABAYA KOTA SENTOSA YANG BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING GLOBAL BERBASIS EKOLOGI.
Misi :
  1. Mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas
  2. Memberdayakan masyarakat dan menciptakan seluas-luasnya kesempatan berusaha
  3. Memelihara keamanan dan ketertiban umum
  4. Mewujudkan penataan ruang yang terintegrasi dan memperhatikan daya dukung kota
  5. Memantapkan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman yang ramah lingkungan
  6. Memperkuat nilai-nilai budaya lokal dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat
  7. Mewujudkan Surabaya sebagai pusat penghubung perdagangan dan jasa antar pulau dan internasional
  8. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik
  9. Memantapkan daya saing usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa, serta pengembangan industri kreatif
  10. Mewujudkan infrastruktur dan utilitas kota yang terpadu dan efisien

Dalam tugas ini, saya harus menentukan nilai keterkaitan SDG dengan misi nomor 4 dan 9. Setelah menganalisa tentang masing-masing tujuan, sasaran, dan program, diketahui bahwa SDG yang berhubungan dengan misi nomer 4 adalah no poverty, no hunger, good health and well-being, clean water and sanitation, sustainable cities and community, responsible consumption and production, climate action, and life on land. Kekurangan misi yang disusun Pemerintah Kota Surabaya, baik misi 4 maupun 9 adalah tidak mencantumkan target kuantitatif yang spesifik. Akibatnya, saya tidak bisa menilai sudah berapa persen target pemkot Surabaya memenuhi indikator SDG.

Minggu, 26 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W3: Visi Misi Kota Surabaya, SDG, dan Green Building


Jadi..... pada minggu ini saya kembali tidak masuk kuliah Sustainable Manufacturing karena harus mengikuti acara Leadership Development di Jogjakarta. Saya pun akhirnya hanya mengumpulkan tugas yang seharusnya dikumpulkan minggu itu dan bertanya lagi ke teman tentang apa yang diajarkan Bu Maria di kelas.

Ternyata, Bu Maria menindaklanjuti tugas kami pada minggu sebelumnya, yakni membuat causal loops masalah lingkungan dan dihubungkan dengan SDG yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan causal loop terebut, kami juga harus menjelaskan mengapa "itu" berhubungan dengan "ini". Hal ini menurut saya cukup sulit karena kita harus berfikir beyond, tidak hanya melihat di permukaan saja, tapi harus menganalisis penyebab dan akibat masalahnya sehingga dapat dicari hubungannya dengan yang lain.

Karena SDG merupakan tujuan yang harus dicapai, mengetahui hubungan SDG dengan masalah lingkungan dapat membantu kita mengetahui masalah apa yang harus kita selesaikan untuk mencapai salah satu kotak dalam SDG. Menurut teman saya, Bu Maria juga menjelaskan bahwa SDG dibutuhkan karena ada masalah kritis yang harus diselesaikan dan merupakan masalah dinamis yang dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, SDG juga merupakan bentuk komitmen bersama untuk menyelesaikan masalah dunia dan ada target minimal yang haru dipenuhi.

Bu Maria juga menjelakan tentang visi dan misi Surabaya serta bagaimana visi dan misi tersebut berhubungan dalam mencapai SDG. Teman-teman saya di kelas juga melakukan analisis bagaimana usaha pemerintah Surabaya untuk mencapai SDG jika dihubungkan dengan visi dan misinya.

Kelas hari itu juga membahas tentang green building dan Green Building Council Indonesia (GBCI) yang mengatur spesifikasi bagaimana sebuah bangunan dapat dikatakan sebagai green building. Setidaknya terdapat enam kategori dalam penilaian ini, yaitu:
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD),
2. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and Conservation/EEC),
3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC),
4. Siklus dan Sumber Material (Material Resources and Cycle/MRC),
5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/IHC),
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management/BEM).

Setelah sedikit melakukan browsing, pada 2015, hanya ada 14 gedung di Jakarta yang tersertifikasi green building. Menurut saya, untuk ukuran kota besar dengan banyak gedung perkantoran menjulan tinggi, jumlah tersebut sangat tidak sebanding:( Padahal, gedung ramah lingkungan sangat keren lho! Tentunya juga akan membuat orang-orang di dalamnya nyaman.

Penampakan Gedung Sampoerna Strategic Square dari Luar
Saat siang, penggunaan lampu akan sangat minim karena gedung didesain agar banyak cahaya dapat masuk

Lihat, di dalam gedungnya saja asri sekali dengan tanaman dan kolam ikan. Bikin betah, ya! (maaf saya narsis ^^v)
Kebetulan saya pernah berkunjung ke gedung Sampoerna Strategic Square (SSS) yang sejak September 2012 ternyata telah berhasil meraih sertifikat Greenship Existing Building dengan pencapaian Gold. Pantas saja, saat saya berkunjung kesana, saya tidak hanya disuguhi dengan bangunan indah yang desainnya sangat mengagumkan. Namun, salah satu hal yang paling terasa adalah minimnya penggunaan lampu karena gedung ini memungkinkan cahaya masuk sebanyak-banyaknya melalui jendela-jendela kaca besar. Menurut sebuah sumber, gedung ini ternyata juga melakukan banyak perbaikan pada water treatment dimana hasil daur ulangnya akan digunakan untuk menyiram taman dan cooling tower. Ada pula sistem manajemen sampah yang baik. Bahkan SSS juga memiliki tim khusus untuk menjamin bahwa sistem ramah lingkungan ini tetap berjalan dengan baik. Wow, keren! Semoga semakin banyak gedung semacam ini ya di Indonesia! ^^

Senin, 20 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W2: Causal Loops of Environmental Problem

Pada perkuliahan minggu kedua ini, kelas kami kedatangan tamu spesial. Beberapa mahasiswa dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Gresik, Medan, dan beberapa daerah lain. Mereka datang ke ITS untuk melaksanakan national camp, salah satu acara dari International Office ITS yang mengundang beberapa mahasiswa dari berbagai universitas untuk belajar tentang internasionalisasi di ITS untuk diterapkan di universitasnya masing-masing nanti.

Dalam kelas ini, saya dipasangkan dengan Rina, seorang mahasiswa dari Medan. Uniknya, kalau tidak salah Rina berasal dari jurusan perbankan atau apa ya.....pokoknya jurusan yang berbau keuangan dan "terlihat" tidak berhubungan sama sekali dengan Sustainable Manufacturing. Pada kuliah ini, saya dan Rina ditugaskan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan, bersamaan dengan penyebab dan akibatnya. Kami mengidentifikasi sembilan masalah lingkungan beserta penyebab dan akibatnya, yakni banjir, eutrofikasi, perubahan iklim, polusi udara, ozone layer depletion, degradasi fertilitas tanah, polusi air, polus tanah, dan pemanasan global.

Dalam satu kelas terdapat banyak grup, sehingga kami bisa berdiskusi tentang semua masalah lingkungan yang diidentifikasi oleh masing-masing grup. Setelah itu, kami mendapat tugas untuk menghubungkan semua hasil identifikasi kami dalam sebuah causal loop, untuk menggambarkan interaksi antar masalah lingkungan. Dari kegiatan itu, kami akhirnya sadar bahwa semua masalah lingkungan saling berhubungan. Bahkan, satu masalah lingkungan bisa menyebabkan masalah lingkungan yang lain. Namun, karena waktu yang tidak cukup, kami belum sampai pada kesimpulan masalah apa yang paling critical dan harus diselesaikan sesegera mungkin.

Oh iya, dalam kuliah hari itu, Bu Maria juga memutarkan film The 11th Hour, sebuah film karya Leonardo di Caprio. Film itu menunjukkan bahwa ibarat akhir zaman itu pada jam 12, maka sekarang sudah jam 11. Lionardo ingin menunjukkan bahwa karena berbagai masalah lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi, dunia ini tinggal menunggu waktu agar benar-benar rusak dan tak bisa lagi ditinggali. Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar tentang hal ini. Kita masih berusaha hidup nyaman tanpa mempedulikan nasib anak cucu kita yang mungkin saja tidak bisa hidup di dunia lagi karena ulah kita. Kita tak sadar bahwa ini adalah masalah besar. Kita bahkan naif untuk mengakuinya. Hal ini benar-benar membuka mata saya akan banyak masalah lingkungan yang terjadi belakangan ini.

Bagaimana bisa selama ini kita masih boros energi?
Bagaimana bisa kita hanya diam melihat es di kutub utara mencair perlahan karena global warming?
Bagaimana bisa kita tak mulai memikirkan solusi?
Ya, tentu saja bisa.
Karena bagaimana kita bisa membuat solusi atas sebuah masalah jika kita saja tak sadar bahwa hal tersebut adalah sebuah masalah?

Senin, 13 Februari 2017

Sustainable Manufacturing W1: Sustainable Development

Pada minggu pertama ini,  kuliah Sustainable Manufacturing yang seharusnya dijadwalkan pada hari Rabu, diselenggarakan pada hari Jumat karena sesuatu hal. Pada hari Rabu, saya terlambat mengetahui infonya sehingga saya datang ke kampus. Eh pada hari Jumat, saya justru bangun kesiangan dan karena sudah terlambat, saya tidak masuk kelas:( sangat menyesal rasanya. Karena tidak mau ketinggalan materi, saya pun akhirnya bertanya pada teman-teman tentang materi hari itu.

Pada minggu pertama kuliah Sustainable Manufacturing, Bu Maria membahas mengenai isu sustainability, khususnya Sustainable Development (SD). Topik ini ternyata belum banyak orang mengetahui dan menyadari bahwa isu ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita.

Earth Charter (2000) mendefinisikan sustainability dalam konteks global sebagai “founded on respect for nature, universal human rights, economic justice, and a culture of peace.” Sedangkan di sisi lain, SD diartikan sebagai usaha memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi hak generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga.  

Melihat definisi tersebut, saya jadi berfikir. Sadarkah kita bahwa banyak kebiasaan sehari-hari yang sangat tidak memenuhi prinsip SD ini? Sebagai contohnya ialah penggunaan energi yang berlebihan, kebiasaan membuang-buang makanan dan air, serta perilaku tidak ramah lingkungan dan pemborosan yang lain. Bu Maria juga menjelaskan tentang Sustainable Development Goal (SDG) yang digagas oleh United Nation (UN). SDG berisi 17 tujuan yang ditetapkan oleh UN sebagai agenda pembangunan dunia.



Teman saya juga memberitahu bahwa kita ditugaskan untuk membuat presentasi tentang salah satu kotak dalam SDG. Saya kemudian memutuskan untuk mengangkat tentang Zero Hunger, karena saya memang sangat prihatin dengan kondisi sekitar saya yang sangat tidak mendukung tujuan ini. Di kalangan teman-teman saya, saya dikenal sebagai orang yang sangat galak jika ada teman yang menyisakan makanan. Karena menurut saya, hal itu tidak etis di saat masih ada jutaan orang yang kelaparan. Ini kebiasaan yang saya dapatkan semasa saya tinggal di asrama saat SMA. Saya ingat betul, di ruang makan asrama, bersebaran tulisan “Take all you want, eat all you take.”, mengingatkan kami untuk tidak menyisakan makanan yang sudah kami ambil.

Hmm.... jadi keterusan ya ceritanya hehe. Kalau begitu saya akhiri saja personal jurnal kuliah Sustainable Manufacturing ku minggu ini. I am soooo excited to learn more in this course! :D


Resource: